Mohon Maaf Kepada Semua Pihak Apabila Ada Kesamaan Dalam Penulisan Ataupun Isi Lainnya, "Kritik & Saran" Kami Tunggu, Terima Kasih...!

Kamis, 09 Februari 2012

Uang Biang Keladi Konflik

Ahmad Zainullah Fatah, S.Pd.I
Indonesia sangat kaya dengan perbedaan tetapi yang paling bias membuat heboh adalah perbedaan pendapatan. Kita dapat saksikan kasus bailot century yang hingga detik ini mulai redup pemberitaannya di media. Belakangan telah dilakukan tindak lanjut dengan memeriksa menteri keuangan dan mantan gubernur BI yang sekarang menjadi wakil Presiden.
Beberapa masalah yang terjadi di tengarai berlatar persoalan perbedaan pendapatan. Jika aliran dana bailot century merata pembagiannya niscaya para elit legislatif akan bungkam dengan otomatis. Begitupun persoalan lain, mafia kasus yang kemaren marak pemberitaannya kini perlahan mulai berkurang kadar beritanya.
Dari dua fakta tersebut dapat ditarik hipotesis bahwa segala drama politik di level nasional hanyalah sandiwara belaka. Paling ironis lagi yang dicari ujung-ujungnya (duit-Red). Ke depan hendaknya elit penguasa segera bertaubat untuk tidak lagi melakukan rekayasa-rekayasa politik yang hanya dilatarbelakangi uang semata.
Karena itu, seluruh elemen masyarakat wajib mengambil pelajaran dari sekian deretan kejadian yang menimpa per-politikan Nasional. Sehingga dalam kehidupan berbangsa dan bernegara relevan dengan tata aturan yang berlaku. Utamanya bagi pemangku amanah atau kebijakan dalam menjalankan roda organisasi mampu me-minimalisir konflik yang disebabkan masalah dana.
Kalau kita kaitkan dengan teori kehendak untuk berkuasa(baca : Filsafat modern), semua manusia akan cenderung memiliki keinginan yang besar supaya dapat menguasai orang lain. Dalam artian konteks pengetahuan lebih mumpuni daripada sahabat-sahabat sejawat atau dia kompeten dalam mengibuli  orang lain.
Namun, makna yang lain adalah kemampuan kita dalam menguasai orang secara holistik dan universal. Jadi sangat realistis apabila pelaksana pemerintahan Indonesia sering berkonflik. Sebab, mereka sama-sama ingin menjadi penguasa yang kemudian dijadikan alat mengeruk uang rakyat.
Jika proses pengerukan uang rakyat tidak merata, berpotensi besar terjadinya konflik antara para elit penguasa. Yang muaranya sampai kemeja hukum. Padahal orang yang melaporkan ialah penguasa lain yang tidak mendapat bagian proyek dan atau se-bangsanya.
Gambaran realita tadi, tidak hanya terjadi di Jakarta sana. Tetapi disekitar kita juga sering, misalnya organisasi kemahasiswaan sangat rentan dengan penyelewengan dana. Makanya, organisasi kemahasiswaan sudah akrab dengan konflik yang dilatarbelakangi uang. Dan banyak konflik terjadi sampai sekarang tak kunjung reda.
Nah, kalau ingin konflik tidak terjadi lagi perlu ada komitmen untuk membuka ruang transparansi ke-uangan organisasi. Mungkin itu merupakan isapan jempol belaka.  Tapi tidak ada salahnya berharap agar konflik di organisasi lebih karena, perbedaan pendapat bukan pendapatan.