Mohon Maaf Kepada Semua Pihak Apabila Ada Kesamaan Dalam Penulisan Ataupun Isi Lainnya, "Kritik & Saran" Kami Tunggu, Terima Kasih...!

Jumat, 10 Februari 2012

PMII DALAM KONTEK PERJUANGAN DAN GERAKAN KADER


(Presfektif Kesejarahan)

A. Prolog

          “Untuk mencapai sesuatu yang diingikan maka kita akan berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkannya, namun jika kita tidak mampu maka kita akan mencoba untuk meminta bantuan orang lain yang kita anggap mampu atau sebanding dengan kita untuk mencapai tujuan kita tadi”.
          Perilaku individu yang sederhana ini kemudian ditarik pada konteks sosial yang lebih besar yakni organisasi. Sebenarnya organisasi adalah upaya pengorganan dari sekian banyak kerja, tugas, dan satuan kelompok orang, sehingga tercapinya sesuatu yang diinginkan. Hal ini dimaksudkan untuk efisiensi dan efektiftas dalam menyelesaikan pekerjaan. Untuk itulah dipandang perlu melakukan pengorganisasian.
          PMII adalah organisasi pergerakan yang mempunyai tujuan, mutlak memerlukan upaya pengorganisasian. Dalam proses kesejarahan maka akan terlihat bagaimana PMII kemudian menjadi sebuah organsisasi dan kemudian meletakkan tujuan dasarnya. Kelahiran PMII  berawal dari kegelisahan anak muda NU yang belajar di perguruan tinggi. Kegelisahan itu terjawab dengan didirikannya IMANU (Ikatan Mahasiswa NU) pada akhir 1955. Namun IMANU tidak berumur panjang, karena PBNU menolak keberadaannya dan menampung aspirasi berorganisasi mahasiswa NU ke departemen perguruan tinggi dalam wadah IPNU. Baru kemudian pada konfrensi besar IPNU pada tanggal 14 – 16 Maret 1960 di Kaliurang Jogja, ada kesempatan untuk mendirikan organisasi sendiri, karena departemen itu dinilai tidak efektif lagi menampung aspirasi mahasiswa yang begitu besar. Kesepakatan itu lalu di tindak lanjuti sebulan setelahnya pada tangal 14 – 16 April 1960 di Taman Pendidikan Siti Khadijah Surabaya. Bertepatan dengan itu ketua PBNU KH. DR. Idham Khalid memberikan lampu hijau, bahkan beliau sempat membakar semangaat agar mahasiswa mempunyai prinsip “ Ilmu untuk di amalkan bukan ilmu untuk ilmu “ maka lahirlah PMII pada tanggal 17 April 1960.
          Dari selayang sejarah ini, kelahiran PMII diwarnai banyak pertarungan kepentingan. Konflik tak terelakkan baik antara kau tua dan muda bahkan antara sesama kaum muda. Ini mengidikasikan bahwa banyak interes yang kontra-produktif sehingga pihak yang merasa dirugikan tidak menghendaki kehadiran PMII. Dalam perpektif Organsisasi, bagaimana PMII mencapai tujuan dengan didasarkan visi kepemimpinan basis ideologi, sistem kaderisasi, format dan stratak gerakan. Hal ini menjadi penting kemudian jika dalam proses sosial dan dinamikanya PMII ingin terlibat dan ingin memberikan perubahan. Dari sekian momentum yang dijadikan pijakan maka kitapun dapat menilai keberhasilan PMII dalam mewujudkan tujuannya.

 a. Visi kepemimpinan
Keberadaan PMII tidak terlepas pada konteks dan proses kebangsaan (kerakyatan). Dalam perjalanannya tren visi kepemimpinan ini juga akan disesuaikan dengan perubahan yang terjadi baik di internal organisasi maupun di eksternal organisasi. Proses kesejarahan ini juga yang akan mematangkan visi kepemimpinan. Karena disetiap kondisi baik makro maupun mikro dari bangsa ini mau tidak mau PMII memberikan kontribusi untuk kepentingan bersama (rakyat). Pada posisi inilah PMII sebagai bagian dari nation-state seyogyanya menata diri guna menunjukkan peran kesejarahan dengan mengukuhkan kembali komitmen dan keberpihakan, penegakkan demokrasi dan penguatan masyarakat civil society yang telah dipancangkan sebelumnya. Sementara para pemimpin bangsa belum menunjukkan kenegarawannya hingga membawa bangsa ini keluar dari krisis. Yang juga berarti tugas PMII belumlah usai.
Dengan demikian PMII sebagai komunitas mahasiswa harus mampu memposisikan diri sebagai perekat bagi semua komponen kebangsaan yang ada, tanpa pretensi melebihkan suatu kelompok dengan kelompok yang lainnya upaya yang dilakukan PMII untuk merangkul semua pihak (kelompok) di masyarakat perlu mendapatkan perhatian yang lebih bermakna. Artinya bahwa upaya tersebut diperluas spektrum dan jangkauannya di masyarakat. Komunikasi dialogis seluruh komponen kebngsaan inilah bentuk penghargaan yang harus kita selamatkan pada pluralitas kebangsaan. Dan disinilah ide besar kepemimpinan PMII akan diuji.

b. basis ideologi
          PMII sebagai organisasi pergerakan perlu adanya penguatan ideologi yang menjadi ruh gerakan, kemudian juga agar gerakan yang dilakukan lebih bermakna. Penguatan dan pencarian terus menerus sebagaimana yang menjadi watak PMII sebagai organisasi intelektual dan massa, harus dilakukan sepanjang masa, sesuai dengan tuntutan zaman agar ideologi yang dibangun tidak menghalangi gerakan PMII. Karena kita ketahui bahwa ada bermacam-macam sifat dari ideologi baik itu yang bersifat merintangi, maupun yang membantu atau mengarahkan. Ideologi bersifat merintangi karena ide yang dijadikan pedoman telah menjadi sistem yang menjadi perilaku dan yang mempertahnkan tatanan yang ada. Sehingga ia menjadi kekuatan yang mengendalikan daya pikir, tata bicara, dan tata tindak. Oleh karena itu mau tidak mau ideologi itu menjadi sumber petaka dari sebuah organisasi. Kemudian ideologi sebagai pengarah gerakan adalah untuk memaksakan perubahan agar mengikuti perubahan tertentu dari logika ideologi. Bayanga masa depan yang dibangun sebuah ideologi akan mengarahkan jalannya gerakan perubahan dalam masyarakat. Walau ideologi seperti ini akan menjadi pemikiran utopis yang tidak sesuai dengan realitas yang terjadi dan cenderung meledakkan tatanan ikatan yang ada, namun sangat efektif membangun kesadaran bersama.
           Ideologi dilihat pada sasarannya sebagai suatu cara berfikir yang menjelaskan kepentingan dan pandangan istimewa suatu kumpulan sosial tertentu. Ideologi selalu dipengaruhi oleh sosio-ekonomi sesuatu masyarakat. Kemudian ideologi juga timbul karena kehendak nurani manusia untuk membentuk peraturan intelektual di dalam masyarakat. Dalam suatu ideologi akan diwarnai oleh hasil pemikiran mereka yang melahirkannya tentang realitas masyarakat dimasa lalu dan tentang visi dimasa yang akan datang. Pengertian dan analisa mereka tentang nilai dasar keadilan sosial, umpamanya, tentunya amat berkaitan dengan dengan suasana dan kondisi masyarakat yang mungkin sekali sudah amat jauh berbeda. Oleh sebab itu, pengertian dan analisa tentang keadilan sosial tidak sesuai, lagi dan mungkin tidak bersentuhan sama sekali dengan realita yang baru. Penegrtian masyarakat tentang nilai-nilai dasar itu yang lambat laun menjerumuskannya menjadi tidak bermakna sama sekali. Kalau maknanya sudah hilang masyarakat tidak akan mempedulikannya lagi, bahkan akan memandang dan meperlakukannya secara sisnis. Sehingga diperlukan keluesan atau fleksibilitas di dalam suatu ideologi untuk membuka jalan pada generasi muda yang nantinya akan melahirkan interprestasi-interprestasi baru yang akan digunakan sesuai dengan zamannya.

c. Kaderisasi
          Dalam  perspektif kaderisasi PMII mencoba manjadikan proses ini menjadi jawaban yang nyata terhadap tujuan yang dingikan dengan terlebih dahulu memproduksi kader-kader yang berkualitas tentunya. Hal ini sangat penting sebelum melakukan proses distribusi dan perebutan. Mengingat kekuatan yang akan dibangun haruslah lebih besar dengan kekuatan lain (lawan) atau minimal sebanding sebelum melakukan pendistribusian kader dan melakukan usaha perebutan. Kuantitas belum cukup untuk melakukan usaha tadi, oleh karena itu mutlak diperlukan upaya terus-menerus untuk memproduksi kader seraya melakukan perbaikan kualitas kader, baik dibidang umum maupun bidang fakultatif. Banyak kader kemudian tidak respek terhadap persoalan yang menjadi wilayah garapan organisasi, dengan membiarkan atau bahkan keluar dari PMII. Ini menunjukkan bahwa sistem organisasi tersebut tidak berjalan dengan maksimal sehingga mangalami kemandekan.
          Citra diri Ulul Albab yang idealkan PMII kiranya akan sirna juga seiring dengan melemahnya manajement organisasi tersebut. Individu-individu yang membentuk komunitas dipersatukan oleh konstruksi ideal seorang manusia. Secara ideologis PMII merumuskannya sebagai Ulul Albab yang diartikan sebagai seseorang yang haus akan ilmu pengetahuan, tetap taat beribadah, dan terus melakukan upaya taransformasi-taransformasi di tengah-tengah masyarakat. Ulul Albab itu  yang dalam bahasa pergerakan sebagai kader pelopor (vanguardist), asal usulnya berasal dari khasanah bahasa politik. Yang pertama kali diperkenalkan oleh Lenin tahun 1980-an. Kader pelopor (vanguardist) menghendaki sosok kader yang berkesadaran historis-primordial atas relasi Tuhan-Manusia-Alam, Berjiwa optimis transendental atas kemampuan pribadi dalam mengatasi semua persoalan kehidupan, berpikir dealektis-struktural dalam melihat berbagai peristiwa sosial kemasyarakatan, bersikap kritis proporsional menghadapi berbagai perbedaan dan berperan di masyarakat yang transformatif kultural.

d. Stratak gerakan PMII
          Hal yang perlu diperhatikan sebelum merancang strategi taktis gerakan adalah; pertama, mekanisme gerakan. Persoalan yang muncul setelah dirumuskannya paradigma kritis transformatif adalah bagaimana membangun mekanisme gerakan. Mekanisme ini lebih berkaitan dengan, bagaimana membangun pengetahuan dan kesadaran sehingga secara mekanik gerakan PMII dapat dijalankan. Ide mekanisme yang perlu diperhatikan dalam gerakan PMII adalah; penguatan ideologi, desentralisasi gerakan, menghargai kompetisi (konflik) dan pemanfaatan teknologi informasi. Kedua, pola gerakan. Pola gerakan menjadi sangat penting artinya bagi sebuah organisasi seperti PMII dalam mengembangkan kiprahnya dimasa yang akan datang. Tanpa memiliki pola gerakan yang jelas rasanya sangat sulit bagi PMII untuk mewujudkan cita-citanya.
          Ada tiga tawaran yang bisa diadopsi oleh PMII yakni ; a). pola evolutif adalah perubahan secara perlahan-lahan, atau merupakan tahapan proses untuk mencapai pertumbuhan, perkembangan, dan kemajuan. Dalam perspektif berpikir evolutif, PMII pada tahap awal dibesarkan dalam budaya tradisional, dalam perkembanganya harus menuju neo-tradisionalis untuk mencapai tahapan yang idealitas. b). Pola akulturasi merupakan suatu strategi perubahan sosial yang mengacu pada pengaruh suatu kebudayaan terhadap kebudayaan yang lain atau saling mempengaruhi antara dua kebudayaan yang mengakibatkan terjadinya perubahan kebudayaan tertentu. Perubahan kebudayaan dimulai dengan berhubungnya dua sistem kebudayaan atau lebih yang masing-masing otonom. Akulturasi terjadi lewat kegiatan penyiaran agama, migrasi, ekspansi ekonomi dll. Dalam  konteks organisasi, pola akulturasi dapat dilakukan secara intrnal dalam rangka penguatan peran organisasi. C). pola taransformasi adalah gerak untuk mengubah dari sesuatu yang masih bersifat abstrak ke tataran perilaku empirik.
          Setelah melihat mekanisme gerakan dan pola gerakan maka maka akan terlihat bagaimana kita akan merumuskan strategi taktis gerakan untuk PMII ke depan. Kemudian kalau kita rumuskan dan kita sistematisir kira-kira sebagai berikut. Pertama harus ada Targetan, dalam targetan ini barometer yag digunakan adalah open, equality, emansipative, individu, group, dan struktu sosial. Kedua harus ada Agen, yang terdiri dari kelompok strategis, (Ormas, NGO, OKP, kelompok diskusi dll), partisipasi warga. Modal ini yang akan membangun kemandirian dengan kesadaran yang tumbuh dari pemahaman konferensif terhadap ruh gerakan. Yang ketiga harus ada Metode, keberhasilan suatu strategi gerakan akan dipengaruhi oleh metode yang dipakai. Hal ini harus menjadi perhatian dalam merumukan metode apa yang akan dipakai oleh organisasi gerakan seperti PMII. Secara umum metode yang sering dipakai oleh organisasi biasanya 1). Non violence yang menekankan pendekatan persuasif, anti kekerasan. Metode ini juga yang bersentuhan dengan wilayah sakral manusia. 2). Konfrontatif metode yang menekankan pendekatan pemaksaan (kekerasan), berdiri secara berlawanan dengan penguasa merupakan langkah yang efektif untuk melakukan perubahan sosial. 3). Kooperatif nan Kooptasi, yang menekankan hubungan kerja sama untuk mempengaruhi pihak lain dengan prinsip win-win solution. Metode kooperatif harus didasari oleh sikap yang mandiri, dan kedewasaan dalam melakukan hubungan dengan pihak lain. Tanpa adanya konsep, sikap kemandirian sebuah organisasi akan mudah dikooptasi oleh suatu kepentingan.
          Salah satu kekuatan PMII yang harus dikembangkan adalah kedekatannya dengan arus bawah/pinggiran. Investasi ini adalah modal sosial yang akan menjdai salah satu kekuatan kita dalam melakukan perubahan.