Luis Althusser
mengklasifikasikan tiga kelas dalam masyarakat yakni kelas atas, kelas menengah
dan kelas bewah. Dengan dasar ini ia berasumsi bahwa yang paling mungkin untuk
melakukan perubahan adalah kelas menengah, karena dari segi ekonomi dan
pendidikan lebih banyak dibandingkan dengan kelas bawah dan secara kepentingan
pragmatis lebih kecil ketimbang kelas atas. Termasuk di dalam kelas menengah
ini “Mahasiswa”.
Mahasiswa sebagai kader
organisatoris harus menjadi sentrum perubahan di lingkungan ia berada. Baik itu
ditengah komunitasnya sendiri atau ditengah-tengah masyarakat. Mahasiswa juga
dituntut untuk berpikir kritis dalam melihat setiap persoalan. Sejarah perjalanan
bangsa ini juga mencatat bahwa mahasiswa sebagai salah satu elemen penting
dalam melakukan perubahan. Tregedi runtuhnya orde lama dan tumbangnya orde baru
sebagai symbol dari eksistensi mahasiswa, walaupun mahasiswa bukan sebagai
factor tunggal dalam melakukan perubahan. Dalam diri yang namanya “Mahasiswa”
ini terdapat pola dan sikap yang kritis sebagai senjata untuk melakukan
perubahan. JAMMA sebagai wadah aktualisasi dari mahasiswa, berusaha untuk
membangun jiwa-jiwa yang kritis dari kadernya. Kritis disini bukan kritis asal
protes tetapi kritis yang punya landasan.
Secara sederhana berpikir kritis
dapat diartikan sebagai berpikir ulang tentang sesuatu hal yang mempengaruhi
prilaku manusia, sehingga ia dapat menemukan makna yang sebenarnya. Sikap kritis
ini seharusnya didasarkan atas sebuah paradigma karena dengan paradigma akan
membarikan arahan dalam menyelasaikan sebuah masalah.
dalam khazanah ilmu sosial, ada beberapa pengertian
paradigma yang dibangun oleh oleh para pimikir sosiologi. Salah satu diantaranya
adalah G. Ritzer yang
memberi pengertian paradigma sebagai pandangan fundamental tentang apa yang
menjadi pokok persoalan dalam ilmu. Paradigma membantu apa yang harus
dipelajari, pertanyaan yang harus dijawab, bagaimana semestinya pertanyaan-pertanyaan
itu diajukan dan aturan-aturan apa yang harus diikuti dalam menafsirkan jawaban
yang diperoleh. Paradigma merupakan kesatuan consensus yang terluas dalam suatu
bidang ilmu dan membedakan antara kelompok ilmuwan. Menggolongkan,
mendefinisikan dan yang menghubungkan antara eksemplar, teori, metode serta
instrumen yang terdapat di dalamnya.
Secara sederhana pengertian
paradigma dijadikan dirumusan sebagai titik pijak untuk menentukan cara
pandang, menyusun sebuah teori, menyusun pertanyaan dan membuat rumusan
mengenai suatu masalah. Lewat paradigma ini pemikiran seseorang dapat dikenali
dalam melihat dan melakukan analisis terhadap suatu masalah. Dengan kata lain,
paradigma merupakan cara dalam “mendekati”obyek kajianya (the subject matter
of particular dicipline) yang ada dalam ilmu pengetahuan. Orientasi atau
pendekatan umum (general orientations) ini didasarkan pada asumsi-asumsi
yang dibangun dalam kaitan dengan bagaimana “realitas” dilihat. Perbedaan
paradigma yang digunakan oleh seseorang dalam memandang suatu masalah, akan
berakibat pada timbulnya perbedaan dalam menyusun teori, membuat konstruk
pemikiran, cara pandang, sampai pada aksi dan solusi yang diambil.
Asal dari paradigma kritias
adalah hasil kolaborasi dari plural paradigm dengan konflik paradigm yang
berakar pada pemikikiran kritisisme immanuel kant dan dialektikanya hegel serta
paradigma konfliknya marx. Teori kritis mengutuk ilmu-ilmu positif, karena ilmu
positif tidak mempersoalkan masyarakat, melainkan berusaha untuk melancarkan proses
pembelengguan atas masyarakat dengan mengatasnamakan ilmu. Teori kritis sangat
heterogen, para penganutnya tidak sepaham antara satu dengan yang lainnya, dan
saling menanggapi dan mengkritik, yang mempersatukan mereka hanya satu yaitu
anti dogmatis dan menolak “marxisme resmi” dan juga menolak segala macam
ideologi dan pembakuan hidup yang bisa membelenggu dan mengurangi kebebasan
manusia. Salah satu unsur lain dari teori kritis adalah tuduhan bahwa
dibelakang obyektifitas ilmu-ilmu tersembunyi kepentingan-kepentingan penguasa
yang eksploitatif.
Dari
sini kita dapat melihat begitu kompleksnya persoalan-persoalan yang kita
hadapi. Mulai dari hal yang kecil sampai yang besar dan dari hal yang kasat
mata sampai pada hal yang abstrak.